• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Vihara Dewi Kuan Im: Toleransi Sukabumi Memancar Indah.

img

Dfolt.com Hai semoga perjalananmu selalu mulus. Dalam Waktu Ini saya akan mengulas berbagai hal menarik tentang Travel, Indonesia, Trens, Dunia. Artikel Ini Mengeksplorasi Travel, Indonesia, Trens, Dunia Vihara Dewi Kuan Im Toleransi Sukabumi Memancar Indah Jangan berhenti di tengah jalan

    Table of Contents

Di tengah maraknya isu intoleransi yang mencuat di berbagai daerah, sebuah oase kedamaian terpancar dari Vihara Dewi Kuan Im di Sukabumi. Vihara ini menjadi simbol harmoni antar umat beragama, di mana perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati.

Kontras dengan insiden intoleransi yang terjadi di Kecamatan Cidahu, Sukabumi, di mana sekelompok warga terlibat dalam perusakan rumah singgah retret umat Kristiani, Vihara Dewi Kuan Im justru membuka pintunya lebar-lebar bagi semua orang, tanpa memandang agama, suku, maupun ras.

Prabu, menantu dari mendiang Bunda Airin, figur sentral di balik berdirinya Vihara Dewi Kwan Im, mengungkapkan bahwa semangat keterbukaan telah menjadi bagian dari identitas vihara sejak awal. Pengunjung dari berbagai agama, termasuk umat Muslim, seringkali datang untuk berziarah dan berdoa di tempat ini.

“Di sini, toleransi bukan sekadar slogan, tapi praktik sehari-hari,” ujar Prabu. Ia mencontohkan, vihara menyediakan pendopo khusus untuk Ibu Ratu dan Eyang Semar yang juga dapat digunakan oleh warga Muslim yang ingin berziarah atau sekadar berdoa. Bahkan, terdapat ruang khusus yang difungsikan sebagai tempat salat, meskipun tidak secara formal disebut musala.

Menurut Prabu, banyak umat Muslim yang datang ke vihara untuk berziarah ke Ibu Ratu, Eyang Semar, dan Eyang Prabu Siliwangi. Mereka memiliki kepercayaan sendiri, dan pengelola vihara tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Yang terpenting, kata Prabu, adalah menjaga ketertiban dan tidak membuang sampah sembarangan.

Lebih dari sekadar tempat ibadah, Vihara Dewi Kuan Im juga menjalankan fungsi sosial yang berdampak langsung bagi masyarakat sekitar. Setiap tahun, vihara membagikan sembako dan memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan, tanpa memandang latar belakang agama.

“Untuk aktivitas kegiatan sosial juga melibatkan dari peranan agama lain,” imbuh Prabu, menekankan bahwa vihara selalu terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam menjaga kesakralan tempat, Vihara Dewi Kuan Im menerapkan sejumlah aturan dasar, seperti larangan membawa senjata tajam dan berpakaian terlalu minim. Namun, semua aturan ini didasarkan pada prinsip saling menghormati, bukan membatasi siapa pun yang ingin datang.

“Misal non-Buddha tidak boleh masuk, itu tidak ada,” tegas Prabu, seraya menambahkan bahwa pengelola tidak pernah mempersulit siapa pun yang ingin berkunjung, selama menghormati adab dan suasana tempat ibadah.

Peran besar Papih, salah satu tokoh penting di Vihara Dewi Kuan Im, juga patut diapresiasi. Selama masa pengabdiannya, Papih banyak terlibat dalam perbaikan fasilitas vihara dan penyediaan ruang yang nyaman bagi semua kalangan, termasuk umat non-Buddha. Ia juga memelihara anak-anak asuh dari berbagai latar belakang, yang merupakan titipan dari Bunda Airin.

Selain itu, Papih juga aktif dalam kegiatan sosial di sekitar vihara. Ia ikut memperbaiki jalan dan membangun kembali jembatan yang rusak, serta mempekerjakan warga setempat sebagai karyawan vihara.

“Semua karyawannya warga setempat, dan mereka tidak pernah keberatan. Kita juga nggak pernah mempersulit. Karena bagaimanapun ini tempat ibadah,” pungkas Papih.

Prabu menambahkan bahwa selama ini, Papih secara pribadi menanggung kekurangan dana operasional vihara. “Karena kalau ada kekurangan, ada apa, kadang kita juga operasionalnya kan gede. Karena listrik, operasionalnya, gaji pengurusnya,” jelasnya.

Kisah Vihara Dewi Kuan Im ini menjadi bukti nyata bahwa toleransi dan kerukunan antar umat beragama dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Semangat keterbukaan, saling menghormati, dan gotong royong menjadi kunci utama dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai.

Di tengah berbagai tantangan dan isu intoleransi yang masih menghantui, Vihara Dewi Kuan Im hadir sebagai inspirasi dan harapan bagi terwujudnya Indonesia yang lebih toleran dan inklusif.

Begitulah uraian lengkap vihara dewi kuan im toleransi sukabumi memancar indah yang telah saya sampaikan melalui travel, indonesia, trens, dunia Terima kasih atas perhatian dan waktu yang telah Anda berikan, tetap konsisten mengejar cita-cita dan perhatikan kesehatan gigi. Mari berbagi kebaikan dengan membagikan ini. lihat artikel lain di bawah ini.

© Copyright 2024 - Dflot Berita Terbaru, Terkini dan Terupdate Masa Kini
Added Successfully

Type above and press Enter to search.